Memang sih kerjaan bangunan itu kan identik dengan keahlian, hitungan dan kecermatan yang notabene hanya dimiliki oleh seorang yang secara mendalam belajar dalam dunia teknik sipil ataupun arsitektur. Tapi nyatanya di dunia bangunan rupanya ada juga orang-orang yang saya sebutkan di atas berkecimpung di dalamnya.
Memangnya boleh ngga sih kaya gitu?
Sah-sah aja sih tiap orang masuk dalam dunia konstruksi. Namun yang perlu diperhatikan adalah meskipun jadi kontraktor / pemborong / hendaknya pekerjaan yang bukan keahlian atau bidangnya jangan di handle sendiri. Ini sebenarnya adalah kaidah umum yang sudah dipahami dalam dunia manapun. Jangan mentang-mentang pengen untung banyak trus dia kerjakan apa yang tidak ia ketahui.
Boleh sih siapapun memborong suatu bangunan, tapi disisi lain yang bersifat teknis yang njlimet dan butuh hitungan yang bisa dipertanggung jawabkan hasilnya maka seharusnyalah dikerjakan oleh seorang yang berkompeten didalamnya.
Misal : Mau bangun gedung bertingkat trus perlu ngitung kekuatan struktur. Menghitung kekuatan suatu gedung bukanlah sekedar hitungan tambah (+), kurang (-), bagi (/) dan kali (x) saja. Namun diperlukan pemahaman tentang karakteristik dari gedung tersebut. Perlu pengetahuan tentang beban-beban dan gaya-gaya yang bekerja dalam suatu struktur. Harus ngerti tentang peraturan baku gedung yang berlaku di daerah setempat. Dan lain sebagainya. Tidak mungkin orang yang tak pernah mempelajarinya bisa mengerjakannya. Oleh karena itulah tenaga seorang engineer diperlukan.
So. Jika kita mau memborongkan suatu bangunan pada bukan "orang teknik" pastikan bahwa di sampingnya ada seorang yang "melek" masalah teknik dan mempunyai tenaga yang "melek teknik" juga.
Buat pak ustadz yang "mborong", jangan lupa ya nasehat "Al 'ilmu qabla 'amal". Ilmu dulu baru ngamal. Ga ada ilmu kasih 'umal ('umal ensinyur maksud na ya ...)
Comments
0 Response to 'Ustadz Jadi Pemborong? Siapa takut.'
Posting Komentar