Popular Topics

The dream team doing the dream project ... Check it out ...

  • Ngedozer Nih ...
  • Sumur artesis 12 m, mesin submersible
  • On the site

Read More

  • Semen
  • Pasir
  • Kerikil / Split
  • Batu Pecah / Batu Gunung
  • Air
  • Kayu
  • Besi Tulangan
  • Genteng

Read More

Membahas lebih mendalam tentang konstruksi bangunan. Silakan klik pada judul.

  • Hierarki Membangun Gedung
  • Hierarki Membangun Jalan
  • Hierarki Membangun Jembatan
  • Hierarki Membangun Dam / Waduk
  • Hierarki Membangun Saluran
  • Distribusi Air Bersih
  • Teknologi Beton
  • Beton Pracetak
  • Beton Prategang
  • Mekanika Tanah
  • Mekanika Fluida

Read More

Berisi tentang pengetahuan dasar-dasar membangun gedung untuk praktisi teknik pemula dan orang umum. Silakan klik pada judul yang diinginkan.

  • Bagian-bagian gedung
  • Membuat Bouwplank
  • Galian & Timbunan
  • Pondasi
  • Sloof
  • Kolom
  • Balok
  • Balok Latai
  • Bekisting (Cetakan Beton)
  • Campuran Beton 1:2:3
  • Layar
  • Dinding
  • Flooring Lantai
  • Penutup Lantai
  • Pintu & Jendela
  • Kanopi
  • Pengunci
  • Ringbalk
  • Kuda-kuda atap
  • Atap
  • Plafond
  • ME (Mekanikal & Elektrikal)
  • Finishing Cat

Read More

Masih teringat di ingatan, pernah kejadian dalam suatu proyek pembangunan, semua perencanaan matang. Gambar rencana ada, direksi keet & gudang sempurna, bapak-bapak tukang sudah siap siaga di lokasi. Namun rupanya ada satu kendala yang terlewatkan, kendaraan material ga bisa masuk ke dalam proyek. Apa sebab? Rupanya bapak sopir terhenti di tengah padang pesawahan. Jalan masuk becek habis hujan, ban masuk ke lumpur dan hanya meraung-raung saja tanpa bisa bergerak kemana-mana.

Yah memang waktu itu kebetulan proyek kami ada di tengah persawahan, mau ga mau akses masuknya lewat galengan gitu. Otomatis saja, jalan yang biasa cuma dipakai lewat oleh para sapi, kambing dan paling banter kendaraan roda 3 itu melesakkan roda truk pengangkut tiang pancang kami. Tau apa jadi? PM (Project Manager) kami pusing tujuh keliling.

Read More

Nah Tibalah kita saat membangun. Pertama-tama kita buat direksi keet. Tahukah kalian apa itu direksi keet? Kalo didefinisikan secara baku barangkali tiap orang akan mempunyai pendapat berbeda-beda. Tapi yang jelas sesuai dengan arti pentingnya direksi keet adalah tempat untuk melaksanakan pengawasan, pengendalian pekerjaan, pekerjaan administrasi proyek, tempat majang gambar skedul, gambar bestek, kurva S, tempat ngopi dengan pengawas dari owner, tempat transaksi material, tempat bayaran mandor & tukang, tempat ini ... tempat itu ... dll sebagainya.

Wah banyak amat, beneran ga tuh.

Ya begitulah. Aneh memang sebuah bangunan yang tidak permanen dan kadang lebih jelek daripada gubuk derita ini bisa menjadi tempat terjadi transaksi yang berkaitan dengan kehidupan orang banyak. Bapak-bapak tukang dan mandor misalnya. Betapa gembiranya mereka ketika ada kendaraan bag keuangan tiap akhir pekan membawa tas berisi buntalan yang "digepok-gepok".

Namun demikian direksi keet tidak jarang menjadi bagian yang sangat diperhatikan dan prestisius, tak segan membuatnya sedikit jor-joran untuk ukuran bangunan yang bakalan dibongkar lagi ini. Tahu kenapa?. Sebab dia ini adalah perwakilan perusahaan yang menyambut tamu yg suangat penting (yg jelas yg punya "gawe" lah) sehingga berharap sang tamu berpikir "Ah, bangunan direksi keet-nya aja mantab begini, apalagi hasil kerjanya ck...ck...ck...". Promosi dan sebagai pembukti kualitas diri, kira-kira begitu lah.

Tak jarang tempat ini dijadikan tempat pasang iklan. Lho kok?

Oleh karena itu, banyak kontraktor bermodal besar yang membuat secara khusus bangunan ini sehingga mudah untuk dibongkar pasang, kuat, awet dan keren. Mengingat, seringnya bangunan ini akan sering ia gunakan di proyek yang sedang dikerjakan. Namun rupanya, yang namanya rejeki kadang berlimpah, sehingga dapat banyak orderan. Akibatnya direksi keet yang dipunya tidak cukup untuk semua proyek yang lagi ditangani apalagi tempatnya yang berjauhan.

Nah lho, gimana tuh.

Tenang aja. Semua bisa diatur.
Kita bisa sewa direksi keet-nya. Rupanya di tengah ramai suasana bangun membangun ada juga yang menggunakan peluang itu untuk berdagang. Judulnya "Menyewakan direksi keet", keren ga tuh. Tapi ada juga lho kontraktor yang sewa ruko atau kios kecil sebagai direksi keet. Yang dekat dengan proyek tentunya. So, direksi keet tidak melulu bangunan tidak permanen di dalam proyek.

Secara sederhana, direksi keet dapat berupa bangunan darurat yang terbuat dari tiang kaso, dinding papan susun, lantai beton tumbuk, atap seng, loteng triplek dan penerangan secukupnya. Namun bagi yang berpikiran panjang, bangunan ini dibuat permanen yang mana selanjutnya dapat digunakan tempat security.

Ukurannya berapa?

Ukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan tempat di lapangan. Dan tempatnya tidak terlalu jauh dari lokasi proyek. Semakin banyak pekerjaan makin besar pula ukuran yang dibutuhkan. Tidak jarang pula digandeng dengan bedeng pekerja serta gudang sementara. Kalo masuk ke dalamnya, dijamin ngebul dech ... Kok bisa? Lha kan bapak tukang lagi masak, trus debu semen juga pada ngebul he..he...he...

Jadi, perlu ga bikin direksi keet.

Itu mah tergantung, kalo menurut kebutuhan perlu, ya dibuat. Tapi kalo ga perlu, ya ga usah dibuat. Maksudnya gimana? Ya kalo cuma proyek kecil sekali yang ga terlalu perlu ini itu ... apa perlu dibuat direksi keet. Yang penting pemahaman di lapangan dan malah gudang sementara itu yang wajib ada. Tul ngga ...

Read More

Pernah dengar ngga' ada pengacara lulusan sarjana hukum jadi kontraktor? Pernah dengar juga ngga ada juga yang lulusan seni jadi pelaksana konstruksi bangunan? Yang menghebohkan lagi seorang ustadz jadi pemborong bangunan. Dan lain sebagainya.

Memang sih kerjaan bangunan itu kan identik dengan keahlian, hitungan dan kecermatan yang notabene hanya dimiliki oleh seorang yang secara mendalam belajar dalam dunia teknik sipil ataupun arsitektur. Tapi nyatanya di dunia bangunan rupanya ada juga orang-orang yang saya sebutkan di atas berkecimpung di dalamnya.

Memangnya boleh ngga sih kaya gitu?

Sah-sah aja sih tiap orang masuk dalam dunia konstruksi. Namun yang perlu diperhatikan adalah meskipun jadi kontraktor / pemborong / hendaknya pekerjaan yang bukan keahlian atau bidangnya jangan di handle sendiri. Ini sebenarnya adalah kaidah umum yang sudah dipahami dalam dunia manapun. Jangan mentang-mentang pengen untung banyak trus dia kerjakan apa yang tidak ia ketahui.

Boleh sih siapapun memborong suatu bangunan, tapi disisi lain yang bersifat teknis yang njlimet dan butuh hitungan yang bisa dipertanggung jawabkan hasilnya maka seharusnyalah dikerjakan oleh seorang yang berkompeten didalamnya.

Misal : Mau bangun gedung bertingkat trus perlu ngitung kekuatan struktur. Menghitung kekuatan suatu gedung bukanlah sekedar hitungan tambah (+), kurang (-), bagi (/) dan kali (x) saja. Namun diperlukan pemahaman tentang karakteristik dari gedung tersebut. Perlu pengetahuan tentang beban-beban dan gaya-gaya yang bekerja dalam suatu struktur. Harus ngerti tentang peraturan baku gedung yang berlaku di daerah setempat. Dan lain sebagainya. Tidak mungkin orang yang tak pernah mempelajarinya bisa mengerjakannya. Oleh karena itulah tenaga seorang engineer diperlukan.

So. Jika kita mau memborongkan suatu bangunan pada bukan "orang teknik" pastikan bahwa di sampingnya ada seorang yang "melek" masalah teknik dan mempunyai tenaga yang "melek teknik" juga.


Buat pak ustadz yang "mborong", jangan lupa ya nasehat "Al 'ilmu qabla 'amal". Ilmu dulu baru ngamal. Ga ada ilmu kasih 'umal ('umal ensinyur maksud na ya ...)

Read More